Kamis, 07 Juli 2011

My Own Fiction (Six)


Kutatap langit biru yang menghiasi dunia cahayaku. Indah, jauh lebih menyenangkan daripada saat kegelapan menarikku. Semakin lama aku berada dalam cahaya ini, semakin besar usaha kegelapan untuk menarikku ke dalamnya. Kini aku sadar, waktuku semakin lama semakin sempit. Entah apa yang membuatku seperti ini. Kegelapan, ataukah takdir yang telah mengikatku? Aku ingat, dulu sepertinya aku selalu dikelilingi cahaya. Namun, lihatlah sekarang. Keadaanku tidak lebih dari seorang mayat. Terkadang terlintas di benakku bahwa aku memang mayat.

Entah apa yang merasukiku, aku berjalan menuju rumah Myungsoo-oppa. Aku ingin berbicara dengan ayahnya. Tidak akan kubiarkan ia, tidak, ayahnya tidak menyadari arti Myungsoo-oppa baginya. Ia akan sangat menyesal. Aku memerhatikan lingkungan sekitarku saat berjalan. Cuaca yang indah, suara air yang mengalir, burung-burung yang bernyanyi satu sama lain. Aku ingin selalu hidup dalam dunia yang seperti ini.

"Daripada ikut kompetisi bodoh yang hanya akan memperburuk lukamu... Kau tidak perlu mengasihaniku."

Kompetisi? Aku pun bersembunyi dibelakang pohon yang cukup besar di dekatku. Myungsoo-oppa datang ke rumah ayahnya?

"Berlari itu impianku. Jadi aku tidak merasa kalau itu bodoh. Dukung aku ya yah, besok aku akan bertanding di stadium Daegu."

Oh, ia menang disaat penyisihan, ia akan selalu menjadi juara. Perlahan aku keluar dari tempat persembunyianku. Ayahnya terlihat terkejut saat menangkap bayanganku yang keluar dari belakang pohon di dekatnya. Ia pasti mengira aku sengaja mengintip atau mencuri dengar. Daripada terjadi kesalahpahaman aku pun memberanikan diri maju ke depan ayahnya.
“Ayah Myungsoo-oppa.” Aku membungkukkan badanku sedalam-dalamnya.

“Siapa kamu?” Tanyanya dengan wajah yang heran melihatku. Entah apa yang membuatnya heran, namun sepertinya setelah kedatangan Myungsoo-oppa ia menjadi lebih tenang.

“Perkenalkan, saya Kim He Xu, err bisa dibilang teman dari anak anda. Bisakah saya meminta waktu anda sebentar?” Tanyaku berusaha untuk menjadi sesopan mungkin.

Ia tampak berpikir sebentar, ia mirip dengan Myungsoo-oppa, berpikir sebelum bertindak. “ Baiklah.  Silahkan masuk.”

“Ah tidak usah! Saya hanya butuh waktu sebentar, tidak apa-apa ?”

“Terserah saja.” Wah bahkan sifat ketusnya sama.

“Saya ingin anda datang ke Daegu. Untuk… Myungsoo-oppa.”
 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Matahari sudah hampir terbenam, aku telah memberitahukan semua yang ku tahu kepada Ayah dari Myungsoo-oppa. Ternyata ia bukan orang seburuk itu. Ia mendengarkanku dengan penuh perhatian dan menelaah setiap kata-kataku, ia juga dapat mengontrol emosinya dengan baik sehingga aku sama sekali tidak dapat menebak yang dipikirkannya. Semoga saja ia akan datang.

"Neneeeek!"
Kulempar sepatuku asal dan berlari kedalam rumah.
"Nenek, aku pulang! Aku lap... Myungsoo-oppa.. Annyeong haseo.."
 Kaget, mungkin hanya itu yang dapat ku deskripsikan, jantungku terasa berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Ia tertawa, "Gwenchana, aku hanya mampir, kemana saja kau? Main hilang aja kemarin."

Aku duduk perlahan di dekatnya. "Kalau aku cerita aku kemana juga oppa ga bakal percaya."


Ia tersenyum dan mengelus kepalaku. Entah mengapa perlakuannya kepadaku terkadang membuatku merasa canggung, bingung entah apalah itu aku tidak mengerti…

"Eh hexu sudah pulang.." Sapa nenek.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Bagaimana kabar nenek hari ini?"

Nenek menggelengkan kepalanya. "Ayah dan Ibumu datang lagi."

Datang lagi. “Oh.”

"Hexu, sekali kali, temuilah orang tuamu. Ibumu kelihatan sedih." Ucap Myungsoo-oppa yang sukses membuatku terkejut. Aku pun menganggukkan kepalaku. "Kapan-kapan ya."

Ia menganggukkan kepalanya. "Besok aku.. Aku akan bertanding. Di Daegu.. Kau, kau akan nonton kan Hexu?"

Aku terkejut. Bukan karena ia akan bertanding, tetapi karena ia memintaku untuk melihatnya!

"Whoaaa! Serius? Nonton! Aku pasti nonton!" Aku benar-benar tidak dapat menyembunyikan kegembiraanku.

Ia mengaitkan jari kelinkingnya ke jari kelinkingku. Aish apakah ia mencoba membuatku gila.
"Janji ya!"

"Oke! Ih oppa kayak anak kecil saja!"
-------------------------------------------------------------------------------

Sakit, kesakitan ini menyadarkanku dari mimpi burukku. Kegelapan telah menguasaiku sepenuhnya, aku bangun dengan keringat yang bercucuran dari dahiku. Bahkan tanganku basah oleh keringat. Aku menyadari satu hal yang sangat membuatku ketakutan setengah mati… tidak, aku tidak bisa bilang mati, karena aku… Memang tidak ada.
Aku berdiri, setidaknya mencoba, sebelum keluar dari kamar rumah sakit ini, aku melihat kebelakang. Itu aku. Yang terbaring di tempat tidur itu aku. Yang tidak pernah sadar itu aku. Bukan orang-orang yang menjauhiku. Tetapi aku memang tidak ada, keberadaanku tidak ada. Aku tidak ada.
-------------------------------------------------------------------------------
Aku mendapatkan firasat bahwa aku akan menghilang tidak lama lagi. Aku memang seharusnya menghilang. Tetapi, setidaknya biarkan aku bertemu dengannya. Berbicara dengannya untuk terakhir kalinya, memberitahukannya perasaanku sebenarnya. Ya, sepertinya aku telah mencintainya.

-------------------------------------------------------------------------------------------
Aku melihat dirinya, mencari-cari keberadaan seseorang. Pasti ayahnya. Semoga ayah Myungsoo-oppa akan benar-benar datang. Perasaanku menjadi tumpul seketika. Pandanganku gelap. Entah apa yang sedang kulihat. Myungsoo-oppa, atau seseorang yang tidak mungkin kumiliki? Dunia yang berbeda. Aku tidak ada. Bukan siapa-siapa, bahkan aku memang tidak ada. Tidak Hexu, sadar! Ia ada, Kim Myung Soo itu ada. Kau harus memberitahunya. Menyemangatinya sampai akhir. Setidaknya, biarkanlah ia bahagia. Walaupun bukan karenaku… Walaupun aku tidak ada. Dia harus selalu tersenyum, berbahagia, meskipun aku akan dilupakannya. Astaga Hexu, sejak kapan kau menjadi gadis yang cengeng seperti ini. Sepertinya ia telah mengubahku sepenuhnya. Aku berdiri dari tempatku bersembunyi.

"MYUNGSOO-OPPA FIGHTINGGG!"
Setidaknya hanya ini lah yang dapat kulakukan sekarang. Takdir telah berjalan sesuai tugasnya. Aku tidak dapat mengubahnya.
"Myungsoo-oppa pasti bisaaa! Myungsoo-oppaaa!!"

Ia berlari, walau seorang dari pelari membuatnya terjatuh. Ia tidak menyerah, ia tetap berlari. Ia begitu bercahaya. Ia harus berbahagia. Walaupun aku tidak akan selalu ada untuk melihatnya.
Seorang pelari membuatnya terjatuh lagi, parah sekali.. "Myungsoo-oppa!"

Ia.. terluka sangat parah. Kaki palsunya terlepas dan darah keluar dari lukanya yang terjahit. Tetapi, ia bahagia. Ayahnya datang, ia memenangkan pertandingannya. Teman-temannya bangga terhadapnya. Aku juga. Sangat bangga. Namja yang kucintai berhasil. Tanpa kusadari, air mataku jatuh. Aish Hexu, ia bahagia kenapa kau merasa sedih? Walaupun ini perpisahan ia akan merasa bahagia. Kuharap ia akan bahagia selamanya.

Ketika ayahnya dan teman-temannya meninggalkan Myungsoo-oppa di bangku penonton. Inilah saatnya. Aku pun berjalan menujunya. Dan ia melihatku.
"Myungsoo-oppa... Kau berhasil!"

"He.. Hexu! Hexu kenapa kau baru muncul? Aku.. Aku sangat khawatir.."

"Mian.. Tapi oppa telah membuktikan bahwa oppa bukan orang cacat yang telah kehilangan semangat hidup. Kau tahu? Aku bangga padamu Myungsoo-oppa."

Ia tersenyum setelah mendengarkan perkataanku. Perlahan ia mencondongkan tubuhnya ke arahku. Spontan aku pun menutup mataku. Sesuatu yang lembut menyentuh bibirku. Ya, bibir kami bertemu di bawah panas terik matahari, namun inilah yang terindah dalam hidupku.. ani, di dalam masaku.

"Myungsoo! Ayo kemari!"
 Mendengar namanya di panggil, ia mundur kebelakang dan tersenyum padaku. Entah apa yang terjadi padaku saat ini. Segalanya terasa begitu cepat berlalu. Saat kulihat ayah dan teman-temannya datang. Aku tahu. Inilah saatnya aku untuk pergi.

"Kenapa? Ayo Hexu! Kukenalkan pada mere.."
"Andwaeyo. Tidak bisa."

"K... K.. Kenapa?"

Kenapa… aku harap aku bisa menjawabnya dengan mudah.

Air mata yang telah kuusahakan agar tidak terjatuh, akhirnya terjatuh juga. Memaksaku untuk menyadari perasaanku yang hancur saat ini.
"Masa oppa tidak pernah sadar?! Bagaimana aku menghilang dan muncul seenaknya di depanmu? Oppa.. Aku mencintaimu tapi.. Aku sebenarnya nggak ada! Aku tidak pernah ada!"
Setelah itu, kegelapan kembali membawaku ke tempat semula. Saat ini, aku tahu. Aku tidak akan pernah melihat cahaya lagi. Selamat tinggal Myungsoo-oppa.

tobecontinued



Tidak ada komentar:

Posting Komentar