Selasa, 05 Juli 2011

My Own Fiction (Five)


Kubuka mataku perlahan, sinar matahari menyengatku. Entah sudah jam berapa sekarang. Aku terbangun karena cahaya, cahaya lah sumber kehidupanku. Kulangkahkan kakiku menuju kamar cahayaku. Seakan kegelapan tak ingin aku hidup, ia membuat langkahku semakin berat. Kusentuh gagang pintu kamarnya. Hexu kau tidak boleh begini. Kutampar pipiku sendiri agar aku sadar. Baiklah.
“Myungsoo-oppaaa!”
… Tidak ada. Aku pun berjongkok, memeluk diriku sendiri, mengharapkan kehangatan untuk diriku sendiri. Lucu sekali kalau dipikir-pikir, seorang Hexu membutuhkan seseorang. Namja pula. Tidak mungkin kan aku mencintainya? Tentu tidak mungkin walaupun aku mencintainya. Ia sempurna. Sedangkan diriku? Aku bahkan tidak tahu apa pun.

“Noona?”

Kuhapus air mata yang sedikit keluar batas dari mataku. “Ah Hyeon! Apa yang kau lakukan disini? Oh ya kau tahu Myungsoo-oppa kemana?”

“Aku hanya sedang berjalan-jalan saja noona, kudengar kemarin, hari ini Myungsoo-oppa akan bertanding lari di sekolahnya. Gwenchana noona?” Sorot matanya menggambarkan kekhawatiran.

“Gwenchanaa Ah Hyeon! Oh baiklah hati-hati ya, noona pergi dulu.” Ucapku sembari menutup pintu kamar Myungsoo-oppa.

“Hati-hati ya noona!”

Lari. Aku berlari menuju sekolahnya. Semoga saja aku tidak terlambat. Aku ingin melihat cahayaku berlari, umm mungkin bukan cahayaku, ia cahaya semua orang. Aku tidak akan pernah memilikinya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Benar saja, ia bersiap-siap di lapangan, ia kelihatan gagah, namja yang sempurna. Ia terlihat ragu, namun keraguannya tertutupi oleh keberaniannya mengikuti penyisihan ini. Aku maju perlahan, mencari tempat yang pas untuk melihatnya. Aku berhenti di belakang teman-temannya yang badannya cukup tinggi. Sungguh mereka tinggi. Dan bukan mauku bertubuh pendek! Ia mulai berlari. Langkahnya begitu ringan. Ia seperti terbang. Aku memang tak bisa menangkap angin sepertinya.

Aku melompat-lompat agar bisa melihatnya dengan jelas. Tanpa sengaja, matanya bertemu denganku.
"Myungsoo-oppa.. FIGHTIIINGGG!"

Ia benar-benar melihat kearahku. Eh ?! Apa yang mau dilakukan namja itu?! "... Oppa awas!"

Ia terjatuh. Aku mundur beberapa langkah sampai kakiku membawaku berlari. Berlari menjauh darinya. Ia jatuh karena salahku. Aku tidak seharusnya datang ke tempatnya. Tempat yang dipenuhi harapannya, mimpinya dan segalanya untuknya. Aku memang tidak pantas berada dalam cahaya, tetapi aku sangat membutuhkan cahaya itu.
Seakan mendengarkan ucapanku, kegelapan mencoba menarikku. Aku berteriak, meronta-ronta. Aku tidak mau di tarik sekarang. Setidaknya biarkan aku berbicara dengannya!

“Eonnie?”

Seseorang memegang bahuku, membuatku sadar sepenuhnya. “J… Ja Eun? Mengapa kau ada disini?”

“Ini di depan ruang perawatan eonnie, tadi di dalam aku mendengar suara sesuatu yang jatuh, ternyata itu eonnie. Apa kau baik-baik saja eonnie?”

Ah kakiku membawaku ke depan ruang perawatan. “Aku tidak apa-apa Ja Eun, maaf ya eonnie mengagetkanmu. Haha, masuklah kedalam, diluar banyak angin nanti kau sakit.” Kudorong Ja Eun ke dalam ruang perawataan.

“Ah eonnie aku tidak apa-apa, aku bukan anak kecil lagi!” Ucapnya sembari memonyongkan bibirnya tanda ia kesal.

“Kau selalu jadi anak kecil di depan eonnie ~ Sudahlah cepat sana, teman-temanmu menunggumu untuk bermain!” Ia tampak berpikir sebentar.

“Baiklah, annyeong eonnie!”

Kututup pintu perawatan. Aku pun berjalan tanpa memperhatikan sekitar. Entah apa yang sedang kupikirkan aku pun tidak tahu. Sepertinya kegelapan telah mencuci otakku seluruhnya. Aku sampai di taman rumah sakit. Ah ini tempat pertama kalinya aku bertemu Myungsoo-oppa. Dulu disini masih ada galian, sekarang galiannya sudah selesai sehingga taman menjadi sangatlah indah di hiasi lampu-lampu berbentuk lampion yang di gantung dipohon-pohon. Seperti bintang saja.

"Hexu? Kau disini? Hexu?"

Myungsoo-oppa?! Kucubit tanganku. Sakit. Aku tidak bermimpi itu Myungsoo-oppa! Kutemukan dirinya di balik semak-semak. Tenang Hexu, seperti biasa, kau harus berwajah senang. Jangan sedih, hilangkanlah perasaanmu yang tadi.

"DOR!"

"UGYAH!"

Ia kaget! Wajahnya lucu sekali saat ia kaget, semoga ia tidak sakit jantung karena kaget terus.

"Setan kecil." Umpatnya.
Aku tertawa, tidak pernah ada orang yang memanggilku setan. "Mian, aku tidak datang saat.."
Perkataanku terputus saat ia menarikku kepelukannya. OMO IA MEMELUKKU.

"Terimakasih, Hexu. Neomu."
Hangat…

"O.. Oppa? Kenapa tiba-tiba.." Tanyaku terbata-bata. Ia benar-benar ingin membuatku kehilangan akal sehatku. Ini sangat lebih untuk seorang yeoja.

"Aku ... Aku menyadari saat kau menyemangati ketika aku sudah jatuh. Lalu kemarin, seminggu yang lalu aku tidak bertemu denganmu.. Sehingga.. Aku.."

Sungguh, aku ingin waktu berhenti sekarang juga, izinkanlah aku berada dalam pelukannya lebih lama lagi.

"Hexu, aku sebenarnya..."

"Siapa disana?"

Ia melepaskan pelukannya. Tidak! Myungsoo-oppa! Berbaliklah! Tarik aku ke cahayamu! … Terlambat. Kegelapan kembali menyerbuku. Bahkan kali ini, lebih sakit dari biasanya. Kegelapan seakan mencabik-cabik diriku. Sepertinya aku memang tidak pantas untuk bahagia. Apa lagi bersama cahaya. Mungkin kegelapan memang takdirku. Tetapi, aku akan tetap menunggu di saat aku bangun. Aku akan mencarinya lagi. Walaupun kegelapan akan makin menjerumuskanku. Aku tidak peduli. Walaupun cahayamu hanyalah kehangatan sesaat, aku tidak peduli. Sepertinya aku memang telah jatuh , jatuh dalam perasaanku sendiri yang menginginkanmu untuk diriku. Myungsoo-oppa.

tobecontinued


Tidak ada komentar:

Posting Komentar