Rabu, 29 Juni 2011

Fiction


The Beginning

Kubuka lembaran pertama dalam hidupku, dimana segalanya yang tertulis di dalamnya hanyalah fiksi belaka..

“Hexu! Berhentilah menjelek-jelekanku di depan dia! Kau tahu jelas bagaimana perasaanku padanya..”

Ucapannya membuatku tertawa, apa tidak jelas yang telah kulakukan ini?

“Well, aku hanya mencoba memberitahunya tentang dirimu yang asli! Itu tidak salah kan? Lagipula jika kau menyukainya dan ia membalasnya nanti, kau mau terus berpura-pura?” Ucapku yang memang telah letih melihatnya bersandiwara selama ini.

“Iya sih.. Tapi aku yakin dia akan menerima dan juga menyukaiku!”

Sebegitu yakinkah dia? Kenapa ia tidak sadar bahwa seseorang yang memang akan menerimanya apa adanya dan menyukainya ada di dekatnya? Sebegitu tak terlihatnyakah diriku ini?

“Ya sudahlah aku tidak mau tahu lagi. Jika ia menolakmu nanti, jangan menangis ke rumahku ya!”

Destruction

Pagi yang sunyi.. kubuka lembaran selanjutnya dalam mimpiku. Perasaan buruk yang datang menghantuiku, ya aku tahu. Ini memang seharusnya terjadi.

“Heeeexuuu! Aku menyatakan perasaanku padanya kemarin dan aku di terima! Hari ini akan kutraktir kau sepuasnya dimana saja!”

Seharusnya ini tidak terjadi… Oh tidak. Aku harus merasa senang, ini impiannya.

“Baiklah aku mau hanamasa! Awas kalau kau berbohong! Kapan?”
Ya mungkin memang inilah yang terbaik untuknya, dari awal memang inilah yang ia tunggu.

“Boleh, hari ini ya! Ku tunggu kau 20 menit lagi, jangan sampai terlambat!”

Mungkin ini.. Perpisahan?
Kubuka lemariku dan kupakai sesuatu yang seharusnya kupakai saat ia menjadi milikku. Karena itu semua tidak mungkin, inilah hari terakhir untuk kenanganku bersamanya.
“Hexu! Disini!”

Ia memanggilku dengan wajah yang berseri-seri, ya itu wajar Hexu, perasaannya tersampaikan, tidak sepertimu. Kulangkahkan kakiku, berat rasanya, hanyalah dia orang yang satu-satunya ada dalam pandanganku. Oh tidak Hexu, ia telah menjadi milik orang lain! Kau tidak boleh begini! Tanpa sadar aku telah sampai di tempatnya.

“Hexu kau tak masalah kan kalau Woori ikut?”

Kata-katanya bagai seribu jarum yang menusuk nadi dan jantungku.
 “Tentu , tapi sepertinya aku hanya mengganggu saja.”

“Jangan begitu Hexu! Kau teman terbaikku, kau harus ada saat awal date-ku! Hehehe, oh ya tumben sekali kau memakai sesuatu selain celana, harus ku akui kau jadi semakin ‘perempuan’! Hahaha~”

Babo namja. Aku akan menjadi siapa pun demimu bodoh.

“Hexu? Tumben sekali kau diam, ada apa? Kau sakit?”
Sakit, iya aku sakit bodoh. Kau saja yang tidak merasakannya.

“Hexu? Ka.. Ah Woori! Disini!”

Lari.
Sudah 3 hari berlalu sejak kejadian itu. Aku hanya menuruti perasaanku yang ingin kabur daripada harus melihat mereka. Aku izin dari sekolah, menghancurkan sim-ku, menonaktifkan handphoneku, bahkan menyuruh ibuku berbohong setiap ia datang ke rumahku. Ya, dalam 3 hari ini sudah 8 kali ia datang untuk mencariku.

“Kasihan ia , sepertinya ia sangat sedih, lebih baik kau temui Hexu, kau membuat dosa ibu tambah banyak saja.”
“Biarin, dosa ibu ini bukan aku.”
“Dasar anak tengil, sudahlah belikan yang ada di kertas itu ke supermarket. Kau bisa sakit kuning kalau tidak keluar rumah.”
“Tapi kan ini sudah malam bu! Sudah gelap..”
“Aish, kau dan setan juga masih seraman kau, sudahlah sana cepat!”

Baiklah, terpaksa aku mengikuti kemauan ibuku, jalanan di malam hari sangat sepi dan gelap kusarankan untuk tidak keluar malam-malam. Setelah kubeli semua yang ada di daftar ibuku, aku pun pulang. Jalanan benar-benar menyeramkan saat malam.

“Hexu!”

Gawat! Itu suaranya! Kupaksa kakiku untuk berlari di jalanan yang dingin ini, dan… ia menarikku, harusnya tidak kusia-siakan tenagaku, aku kan sangat lemah dalam hal berlari.

“Hexu, berhentilah menghindariku! Setidaknya katakana apa salahku! Aku tidak bisa jika kau terus menerus mengacuhkanku seperti ini!”

Seandainya aku bisa mengatakannya.

“Hexu tolong! Kau adalah sahabat terbaikku, kau sangatlah berharga untukku!”

“AKU MENYUKAIMU BODOH!”

Disaat pegangannya melemah, aku pun berlari. Ya hanya itulah yang dapat seorang pengecut sepertiku lakukan. Dan aku tidak melihat jalan.

“HEXU!”

Yang terdengar olehku hanyalah saat terakhir ia meneriakkan namaku.

The End

Dan aku pun terbangun di sini, membuka lembaran-lembaran kisah fiksi ku yang tak mungkin nyata, bahkan dalam khayalku pun aku tidak bersamanya. Dalam kehidupan nyata, ia pun tidak mengetahui bahwa aku ada. Ya, aku hanyalah bisa menatapmu dalam layar laptopku, Kim Myung Soo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar