Kamis, 30 Juni 2011

My Own Fiction (One)

Dingin..
Hanya itulah yang dapat kurasakan. Dimanakah kehangatan yang dulu menyelimutiku? Apakah aku terlalu tidak pantas untuk mendapatkan itu?

Seperti hari-hari yang sebelumnya, aku bahkan tidak mengingat berapa hari aku seperti ini.. Tunggu, mungkin bukan hari, bulan, bahkan tahun. Aku tidak tahu. Hanya saja, sepertinya tempat ini telah menjadi tempat tinggalku. Rumah sakit, mungkin aneh jika kupikir bahwa aku telah disini sejak lama.

Kesepian. Mungkin itu satu kata yang dapat menggambarkan keadaanku. Aku telah mencoba berbicara kepada beberapa orang, tetapi mereka hanya berlalu, menganggapku tidak ada. Mungkin ini adalah hukuman atas dosa-dosaku yang lalu. Tetapi kenapa harus kejam seperti ini?

Setiap hari aku berusaha untuk mengajak siapa pun berbicara, tetapi itu semua sia-sia. Hanyalah seseorang yang masih menganggapku ada. Nenek. Hanya saja terkadang aku heran mengapa ia selalu mengajakku berbicara dengan sedikit berbisik.

“Hexu, jika kau mau, kau boleh menginap di rumah nenek sesekali” Ucapnya dengan senyum tulus yang menghiasi wajahnya yang telah berumur

“Iya nek terima kasih!” Kupeluk dirinya yang telah renta, hanya ialah satu-satunya yang dapat memberiku kehangatan.. Namun kurasa itu tidak cukup…

Seperti biasa, aku berjalan mengelilingi rumah sakit yang entah mengapa kutempati. Tanpa sadar mataku tertuju ke seorang laki-laki. Sepertinya aku pernah mengenalnya… Tapi ia kan tidak pernah kulihat disini.

“Hey.” Semoga ia meresponku semoga ia meresponku.

"... Apa?"
IA MENJAWABKU!
Tenang Hexu tenang! Jangan terlalu bersemangat hanya karena seseorang akhirnya menyadari kehadiranmu!

"Kau menjenguk seseorang?" Tanyaku, ah babo Hexu. Tentu saja dia menjenguk seseorang.

Ia menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia tidak menjenguk siapapun, aish babo ! Ternyata aku bisa salah juga.

“Aku hanya melihat-lihat. Kau sendiri? Kau kelihatan sehat, kau bukan pasien kan?"
Orang aneh.. melihat-lihat di rumah sakit? Apa yang bisa ia lihat? Orang sakit?
Kugelengkan kepalaku perlahan. "Aku tinggal disini."

Ia tampak heran mendengar jawabanku. Ya tentu saja heran, mana ada orang yang mau tinggal di rumah sakit. Aku memerhatikan wajahnya yang heran, namun… Matanya, terlintas kesedihan yang mendalam di matanya…

"Kenapa kau kelihatan sedih?" Aish babo kenapa tidak kau simpan sendiri keherannanmu sendiri Hexu! Reflek kugelengkan kepalaku.

"Bukan urusanmu. Aku mau pulang." Ya memang bukan urusanku sih… Tapi..
"Tunggu." Kupegang bahunya agar ia tidak melangkah pergi. Hey ini orang pertama selain nenek yang menyadari keberadaanku!

"Apa maumu?"
Wah ketus sekali. "Siapa namamu?"
Ia tampak berpikir sebentar.

"Myungsoo. Kim Myung Soo."

"... Salam kenal Myung Soo. Namaku Hexu. Kim He Xu." Kim Myung Soo.. Orang yang menyadari keberadaanku.

Aku pun berlari, aku sangat senang sekali! Aku akan menceritakan ini semua ke nenek!
Sudah seharian penuh aku menunggu nenek. Apa yang terjadi kepada nenek? Biasanya ia selalu datang tepat waktu. Apakah ia sakit? Lebih baik ku kunjungi ia.

“Hexu maaf ya, pinggang nenek tiba-tiba sakit sehingga nenek tidak dapat pergi ke rumah sakit kemarin.”

“Tidak apa-apa kok nek, aku harap nenek cepat sembuh.”

“Ah karena kamu sudah disini, kamu menginap saja, Lagipula hari sudah semakin sore, berbahaya jika seorang gadis pergi ke rumah sakit yang jaraknya cukup jauh seharian.”

“Baik nek.”

Rumah nenek sangatlah sederhana dengan tetangga-tetangga yang ramai. Bagaimana tidak ramai? Sore-sore para ibu keluar untuk membawa bayi-bayinya berjalan-jalan dan untuk sekedar berbincang-bincang.

“Eh kau tahu keluarga Kim itu?”
“Iya iya kudengar mereka baru bercerai dan anaknya sangat berandalan,”
“Iya benar! Anaknya sangatlah nakal, pantas saja ibunya pergi.”
“Oh ya siapa ya nama anaknya? Kudengar ia tampan, yah sayangnya ia berandalan.”
“Kalau tidak salah namanya Myungsoo.”
Myungsoo? Kim Myung Soo? Aku pun beranjak dari tempatku.

“Nenek aku pergi dulu ya!”
Tanpa mendengar suara nenek, aku pun berlari ke arah rumah yang ditunjuk para tetangga itu.

Aku menunggu dan menunggu, entah telah berapa lama aku menunggu. Kusandarkan tubuhku pada sebuah pohon dekat rumahnya. Letih. Aku bahkan melihat saat matahari terbenam. Ujung mataku menangkap bayangannya.

"Myungsoo."
Kulihat ia terheran-heran, sepertinya ia tidak melihatku. Aku pun berjalan mendekatinya, berhenti di balik salah satu pohon yang dekat dengannya.
"Myungsoo, gwenchana?"
Ia tampak masih terkejut karena kehadiranku.
"Eomma mu.."
"Bagaimana kau tahu?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Rumah nenekku di sekitar sini. Tetangga2 membicarakanmu. Katanya kau anak berandalan dan orang tuamu bercerai."

"Kalau iya memang kenapa? Kau juga pasti jijik padaku."

Aku mendekatinya perlahan, ia adalah seseorang yang lemah yang mencoba menguatkan dirinya sendiri, aku dapat merasakan kesedihan yang terpendam dalam dirinya. Kujinjitkan kakiku agar dapat mencapai kepalanya. Kucapai, ya kucapai kepala anak kecil yang sedih ini.

"Sama sekali tidak. Kau adalah laki-laki yang lembut. Sayangnya tidak ada yang tahu hal itu."
Ia menangis, setidaknya hanya inilah yang dapat kulakukan.

Aku pun mundur perlahan, kurasa giliranku sampai di sini saja.
"Hexu... Kau sebenarnya..."

Dan aku pun menghilang.

Tobecontinued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar